Keselamatan Jasmani dan Kesehatan

Keterkaitan Pendidikan Keselamatan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga serta Solusi Keselamatan dalam Olahraga

A. PENDAHULUAN
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan keselamatan merupakan suatu upaya

pendidikan tentang penanggulangan, pencegahan, dan penghindaran dari terjadinya kecelakaan, yang bertujuan agar memperoleh keselamatan bagi manusia dan harta bendanya. Oleh karena itu, pendidikan keselamatan mencakup ruang lingkup substansi yang luas, dan berkaitan erat dengan beberapa mata pelajaran lainnya, seperti pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani, dan pendidikan di alam terbuka. Karena itu, pelaksanaan pendidikan kesehatan, dapat dipandang sebagai sebuah perpaduan, dalam satu tema yang dapat mengaitkan beberapa mata pelajaran tersebut. Selain itu, dapat juga difokuskan, sesuai dengan pokok bahasannya. Sebagai contoh, banyak hal yang bisa disampaikan dalam aspek keselamatan yang berkaitan dengan kegiatan di alam terbuka.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Demikian juga pemahaman dan pengalamannya dalam pelaksanaan pendidikan jasmani, atau pendidikan kesehatan.Pendidikan kesehatan secara umum dapat diartikan sebagai suatu upaya yang diberikan berupa bimbingan atau tuntunan kepada seseorang atau anak didik tentang kesehatan yang meliputi seluruh aspek pribadi (fisik, mental, dan sosial termasuk emosional) agar dapat tumbuh dan berkembang secara harmonis. Pendidikan kesehatan pada dasarnya amat bermanfaat untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan di Sekolah Dasar (SD) diarahkan untuk membina para siswa agar memiliki sikap dan perilaku hidup bersih, sehat, bugar dan berdisiplin. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik baik jasmaniah maupun rohaniah melalui pemahaman dan pengamalan gaya hidup sehat bagi peserta didik. Dengan demikian diharapkan anak tumbuh dan berkembang secara wajar dalam aspek jasmani, mental, sosial dan emosionalnya.

B. PENDIDIKAN KESELAMATAN
Secara keseluruhan, tujuan pendidikan keselamatan adalah sebagai berikut:
1. Menerapkan praktik keselamatan dalam kegiatan rekreasi, pendidikan jasmani, dan kehidupan sehari-hari, utamanya keselamatan berlalu-lintas.
2. Menanamkan sikap perduli terhadap berbagai hal yang dapat mendatangkan bahaya bagi keselamatan diri pribadi.
3. Bukan hanya mengandung resiko bagi diri sendiri, tetapi juga keselamatan orang lain.
4. Mengembangkan pemahaman terhadap hak dan tanggung jawab dalam hubungan dengan orang lain.
5. Penguasaan keterampilan menggunakan kendaraan, misalnya naik sepeda, dan sebagainya.
Mengikuti simulasi atau permainan peran, yang didukung dengan diskusi tentang masalah dan upaya mengatasi masalah lalu lintas misalnya.
Pendidikan keselamatan bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melindungi keselamatan diri pribadi dan orang lain. Setiap perbuatan seseorang, mengandung resiko yang dapat membahayakan orang lain.
Pendidikan keselamatan juga menganut prinsip pendidikan yang menekankan pada penyesuaian dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Dengan demikian, pelaksanaan pendidikan keselamatan, perlu mempertimbangkan tingkat kematangan anak. Aspek tujuan, materi, metode dan strategi misalnya, untuk SLTP, tentu berbeda dengan siswa di SD. Demikian pula pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Aspek kematangan ini meliputi fisik dan mental. Kematangan tersebut dapat pula diartikan sebagai kesiapan siswa untuk menyerap, merespon, atau melaksanakan tugas-tugas ajar. Hal itu, tentu terkait dengan tingkat perkembangan pengetahuan atau penalaran mereka yang sering kita sebut dengan istilah perkembangan domain (ranah) kognitif. Berkenaan dengan kesiapan fisik, seperti kekuatan, daya tahan, dan unsur lainnya yang dominan agar tugas itu berhasil dilaksanakan.
Sehubungan dengan asas pentahapan dan penyesuaian dengan tingkat kemampuan siswa, maka guru perlu memahami ciri siswanya. Atas dasar ciri tersebut, ia dapat merancang tugas-tugas ajar untuk pendidikan keselamatan. Ia juga perlu menyesuaikan tugas-tugas ajar dengan tujuan yang dicapai. Demikian pula halnya, penyesuaian metode dan strategi pembelajaran.
Praktek pengajaran tersebut, pada dasarnya berisikan sejumlah pengalaman nyata, dan jika tidak dapat dilakukan, dilaksanakan dalam bentuk simulasi. Degan demikian akan dapat dicapai tujuan, yakni pengetahuan, sikap dan keterampilan, terbina sekaligus.
Di antara prinsip tersebut, yang paling utama adalah sejauh memungkinkan untuk dipraktekkan, pembelajaran materi pendidikan keselamatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan di pedesaan tentu berbeda dengan di perkotaan. Perlu diupayakan agar pembelajaran itu sesuai dengan kondisi kehidupan yang nyata. Dengan demikian, cara terbaik untuk membelajarkan para siswa, jika tidak mengandung resiko, yakni dalam bentuk pengalaman nyata.
Sebagai contoh, pernahkah seseorang diajarkan secara khusus, tentang tata krama mengemudi? Tentu tidak. Di Indonesia, sekolah-sekolah mengemudi, tidak sampai pada pembekalan sikap namun lebih diutamakan keterampilan mengendarai kendaraan.
Pendidikan keselamatan, lebih ditujukan pada pembentukan sikap dan perilaku, agar dapat menerapkan kaidah yang berguna untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan keselamatan orang lain. Disinilah letak perbedaannya dengan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang menekankan pertolongan pertama kepada orang yang telah mengalami kecelakaan. Sedangkan pendidikan keselamatan lebih menekankan pada penjagaan dan pencegahan agar terhindar dari kecelakaan atau memperoleh keselamatan.

C. HUBUNGAN KESELAMATAN DAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
Setiap orang membutuhkan rasa aman, baik pada saat di jalan maupun di tempat-tempat lainnya. Rasa aman ini erat sekali kaitannya dengan masalah keselamatan. Untuk itu, setiap orang perlu menjaga dan berusaha agar selamat selama menjalankan tugasnya. Namun, kadang-kadang seseorang tidak sadar bahwa tindakannya, sebenarnya membahayakan orang lain, sehingga mengancam keselamatan orang lain.
Demikian pula halnya dalam pelaksanaan pendidikan jasmani. Pendidikan keselamatan perlu diperhatikan. Yang dimaksud dengan aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani ialah semua usaha yang ditujukan untuk mencegah kemungkinan terjadi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Adapun fasilitas yang dimaksud adalah lahan yang dipergunakan termasuk gedung dan ruangan sekolah. Peralatan yaitu semua alat yang dipergunakan pada saat proses belajar mengajar pendidikan jasmani berlangsung. Manajemen pembelajaran adalah tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh guru agar proses belajar mengajar berlangsung dengan aman dan selamat. Sedangkan teknik bantuan adalah segala tindakan yang dilakukan agar gerakan-gerakan yang diajarkan terlaksana dengan benar dan siswa tidak merasa takut bahkan diharapkan menjadi percaya diri.

D. Keselamatan dan Cidera
Walaupun pada zaman moderen sekarang ini, kemampuan manusia untuk mengendalikan sebagian besar penyakit infeksi semakin meningkat, namun cedera akibat kelalaian masih tetap merupakan masalah yang mengancam kehidupan, khususnya bagi anak-anak dan pemuda. Misalnya di Amerika serikat cedera dianggap sebagai masalah kesehatan bagi masyarakat yang berusia di bawah 40 tahun. Sebagian penderita cedera disebabkan oleh kejadian yang tidak terelakkan misalnya akibat gempa bumi, namun banyak pula penderita cedera disebabkan oleh kejadian yang sebetulnya bisa dihindari, misalnya akibat kelalaian disadari maupun tidak, termasuk tabrakan bermotor. Pendidikan keselamatan merupakan kunci untuk menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat kejadian yang dapat dihindari atau dikurangi.
Dua bagian kritis yang sangat diperlukan dalam menjaga keselamatan ini adalah pendidikan dan perubahan perilaku. Setiap siswa memerlukan informasi tentang perilaku yang bagaimana yang aman dan memilih perilaku tersebut untuk menghindari kemungkinan terjadinya cidera dan bagaimana menggunakan sabuk pengaman yang baik. Proses pendidikan ini merupakan bagian dari usaha menjaga keselamatan. Bagian kritis kedua adalah berkaitan dengan perilaku. Pengendara mobil perlu dimotivasi untuk menggunakan sabuk pengaman setiap saat mereka mengendarai. Motivasi yang diberikan pada setiap individu satu sama lain berbeda. Seorang yang sudah belajar bagaimana menggunakan sabuk pengaman dilanjutkan dengan melihat orang dewasa menggunakannya, mungkin tidak sulit mengadopsi perilaku itu, tetapi anak lainnya bisa jadi kesulitan mengadopsi perilaku ini. Oleh karena itu, pendidikan merupakan aspek penting dalam mempengaruhi perilaku sesorang.

E. Keselamatan di Rumah
Seringkali kecelakaan terjadi di rumah. Hampir satu dari sepuluh orang celaka di rumah pada setiap tahunnya. Banyak cara untuk menghindari kecalakaan terjadi di rumah, salah satunya adalah dengan mengetahui potensi bahaya dan memperbaikinya sedapat mungkin untuk menghindari terjadinya bahaya. Beberapa potensi bahaya yang mungkin terjadi yaitu:a. Ketidaksempurnaan penyimpanan obat-obatan atau barang-barang yang mudah terbakar seperti bensin, oli, minyak tanah, obat serangga atau zat kimia lainnya yang mudah terbakar.
1. Ketidaksempurnaan penyimpanan alat kerja dan alat dapur seperti pisau, kompor, garpu, cangkul.
2. Penggunaan listrik atau api yang berlebihan.
3. Membiarkan laci terbuka.
4. Ketidaksempurnaan penempatan sambungan listrik atau alat-alat lainnya.
5. Hilangnya barang tajam atau kecil pada karpet.
6. Membiarkan lantai licin atau sesuatu bukan pada tempatnya.
Setiap keluarga sebaiknya mempunyai rencana keselamatan di rumah yang harus diketahui oleh semua anggota keluarga. Pengenalan dasar-dasar keselamatan di rumah sudah mulai diperkenalkan kepada anak sejak usia tiga sampai empat tahun. Hal ini sangat penting karena semua perabotan atau sesuatu yang ada di rumah suatu waktu akan merupakan bagian dari kehidupan anak, dan sedikit demi sedikit anak harus mengetahui untuk keselamatannya, kalau tidak, ia akan mencoba-coba sendiri di luar bimbingan keluarga dan hal ini bisa jadi akan sangat membahayakan keselamatan dirinya dan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam pendidikan keselamatan di rumah adalah latihan terbimbing terhadap peralatan atau sesuatu yang sudah diminati anak, misalnya, membuka atau menutup laci, menggunakan pisau, atau bermain peran kalau terjadi kebakaran.

F. Keselamatan Berkendaraan dan Berlalu-Lintas
Cedera akibat lalu-lintas merupakan permasalahan keselamatan yang cukup mendapat sorotan di negara mana pun. Penderita cedera akibat kecelakaan lalu-lintas pada umumnya berkisar antara usia 16 sampai 19 tahun dan pada umumnya lebih banyak menimpa laki-laki dari pada perempuan. Beberapa penyebab utama cedera akibat kecelakaan lalu-lintas ini antara lain adalah kelalaian pengemudi dan akibat alkohol. Untuk itu beberapa aspek yang perlu diperkenalkan kepada anak didik untuk menghindari atau memperkecil kemungkinan terjadi cedera dalam berkendaraan, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan mengikuti aturan lalu lintas.
2. Hanya menggunakan kendaraan yang layak pakai.
3. Mengendalikan kecepatan.
4. Selalu menggunakan sabuk pengaman.
5. Tidak meminum minuman keras yang mengandung alkohol sebelumnya.
6. Tidak terlalu gaduh menggunakan musik.
7. Mengalah dalam berkendaraan.
8. Membawa kotak P3K.
9. Selalu hati-hati, terutama pada cuaca buruk.
Namun, pada kenyataannya sering kita melihat anak-anak atau remaja terlampau percaya diri, sehingga nekad dan penuh mengambil risiko dalam berkendaraan atau berlalu-lintas. Para siswa kadang kala senang mengambil risiko dan mencoba-coba untuk tidak mematuhi peraturan lalu-lintas, seperti menyeberang jalan sembarangan, tidak pada tempat yang ditentukan, bergelantungan ketika menumpang bis, naik ke atas gerbong kereta yang sebenarnya dilarang, mengendarai kendaraan roda dua dengan tidak memakai helm pelindung kepala, dan sebagainya.

G. Keselamatan Berekreasi
Rekreasi merupakan bagian yang terintegrasi dalam kehidupan manusia. Dari mulai bersepeda, erobik, berlayar dan panjat tebing, rekreasi sering melibatkan aktivitas-aktivitas yang dapat menyebabkan seseorang beresiko terkena berbagai cedera. Strategi yang sama seperti untuk menjaga keselamatan berkendaraan harus diterapkan dalam keselamatan berekreasi ini agar dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya cedera.
Bersepeda merupakan olahraga dan alat transportasi bagi banyak orang. Para remaja merupakan rentang usia yang paling tinggi terkena resiko cedera dari bersepeda. Kebanyakan kematian terjadi akibat tabrakan dengan kendaraan dan biasanya terkena cedera pada bagian kepala. Cedera serius sering terjadi karena jatuh dari sepeda. Waktu kejadian umumnya berkisar jam pulang sekolah dan waktu bermain sore hari. Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam bersepeda agar terhindar atau memperkecil kemungkinan terjadinya cedera akibat kecelakaan bersepeda antara lain adalah sebagai berikut:
1. hanya menggunakan sepeda yang layak pakai, periksa ban, rem, rantai sebelum digunakan.
2. gunakan baju atau pakaian yang menyala atau lampu apabila hari mulai gelap.
3. selalu menggunakan helm.
4. ketahui dan ikuti aturan lalu-lintas.
5. hindari menggunakan sepeda di waktu hujan atau cuaca buruk.
6. hati-hati dengan permukaan jalan yang berbatu atau jelek

H. PENTINGNYA KESELAMATAN DALAM OLAHRAGA
Modernisasi dan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, disamping membawa segi positif juga menimbulkan dampak negatif pada berbagai segi kehidupan sehari-hari khususnya di bidang kesehatan dan keselamatan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Berbagai macam kecelakaan yang dapat terjadi di rumah, di jalan, di tempat kerja dan di sekolah khususnya pada waktu berlangsung proses belajar mengajar. Kemungkinan terjadinya kecelakaan di sekolah lebih sering dialami pada saat berlangsung proses belajar mengajar mata pelajaran lain yang umumnya berlangsung di dalam ruangan.
Kurangnya perhatian dan pengetahuan tentang tata cara dan pencegahan akan kemungkinan terjadinya kecelakaan, mengakibatkan lebih seringnya terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan rudapaksa atau cedera pada para siswa. Para siswa dapat mengalami rudapaksa pada berbagai keadaan, seperti ketika bermain di halaman sekolah, pada saat istirahat, dan pada saat menerima pelajaran pendidikan jasmani. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya rudapaksa di lingkungan sekolah maka para guru khususnya guru pendidikan jasmani (Penjas) perlu memahami aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani. Ia perlu memiliki keterampilan untuk melaksanakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya rudapaksa dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani.
Yang dimaksud rudapaksa disini ialah ketidakmampuan jaringan atau tubuh atau bagian dari tubuh menerima tenaga atau tekanan yang sangat besar yang melebihi kemampuannya. Dengan kata lain, rudapaksa ialah suatu kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh tenaga/kekuatan/tekanan yang melebihi kemampuan jaringan tersebut. Tekanan itu dapat berasal dari akibat kecelakaan lalu-lintas atau akibat dari melakukan kegiatan fisik/olahraga yang berlebihan atau yang keliru. Demikian pula rudapaksa ini dapat terjadi pada waktu berlangsungnya proses belajar mengajar pendidikan jasmani yang kurang mempertimbangkan faktor keselamatan. Rudapaksa ini dapat terjadi pada waktu proses belajar mengajar pendidikan jasmani, disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang bersumber pada beberapa faktor sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan belajar.
2. Faktor fasilitas.
3. Faktor peralatan.
4. Faktor manajemen pembelajaran.
5. Faktor teknik bantuan.
6. Faktor perencanaan tugas ajar.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya rudapaksa tersebut, maka para guru pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjas) sangat perlu memperhatikan, mengetahui, memahami, serta terampil dalam melaksanakan aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani ini. Oleh karena itu, ia sangat perlu mendalami hal-hal yang menyangkut pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab rudapaksa tersebut agar dapat menerapkan aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani sehingga mencegah atau mengusahakan sekecil mungkin akan terjadinya rudapaksa khususnya terhadap anak didik atau siswa.
Sehubungan dengan itu, maka dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani para guru penjas khususnya harus menyiapkan para siswanya untuk menghadapi pelajaran inti. Penyiapan ini tidak hanya pada proses belajar mengajar itu berlangsung, tetapi harus dilakukan sebelum, selama, bahkan setelah proses belajar mengajar itu selesai.
Sebagai contoh: dalam pelajaran atletik nomor lempar lembing. Guru Penjas harus melaksanakan aspek keselamatan sejak sebelum berangkat ke lapangan, di jalan, membawa alat (lembing), sampai di lapangan, saat pelajaran berlangsung, pulang ke sekolah bahkan sampai dengan penyimpanan alat-alat yang dipergunakan.
Manusia terdiri dari unsur jiwa dan raga atau rohani dan jasmani yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Siswa atau anak didik perlu mendapat perhatian yang khusus baik rohani maupun jasmaninya. Dalam penyiapan rohani, guru Penjas harus berusaha menjadikan para siswa berminat melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani ini sebelum berangkat, dan sesampai di lapangan, ia menyiapkan fisik para siswa dengan kegiatan yang dikenal dengan latihan pendahuluan atau latihan pemanasan. Ini semua bertujuan agar para siswa yang terdiri dari unsur rohani dan jasmani/fisik siap menghadapi dan menerima tekanan yang akan terjadi selama berlangsungnya proses belajar mengajar pendidikan jasmani, sehingga akan terhindar dari kemungkinan terjadinya rudapaksa. Demikianlah antara lain beberapa alasan mengapa aspek keselamatan dalam pendidikan jasmani sangat diperlukan.

I. Keselamatan Berolahraga
Olahraga merupakan penyebab terjadinya cedera yang paling sering. Cedera olahraga ini lebih banyak menimpa anak usia antara 13 sampai 19 tahun. Kontak fisik merupakan faktor utama terjadinya cedera pada olahraga. Oleh karena itu cedera sering kali terjadi pada jenis-jenis olah raga seperti sepak bola, basket, hoki dan bela diri. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa faktor penting untuk menghindari kemungkinan terjadi cedera pada waktu olahraga, antara lain adalah:
1. pelatihan atau guru yang terlatih atau berkualifikasi.
2. penggunaan pelindung.
3. pemeliharaan permukaan lapangan.
4. berlatih olahraga yang sistematis.


J. Keselamatan Lingkungan dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani.
Lingkungan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, sering kali keadaannya kurang menguntungkan. Pada saat ini, banyak sekolah yang berada di dekat pasar, pabrik, lapangan terbang, atau di tepi jalan yang ramai. Hal ini disebabkan karena memang saat ini sangat sukar untuk mencari tempat yang ideal untuk pendirian sebuah sekolah. Terutama sekolah-sekolah swasta yang pada umumnya menggunakan tanah milik perorangan yang mempunyai prakarsa pendirian sekolah tersebut, walaupun akhirnya dijadikan sebuah yayasan. Dengan kenyataan yang demikian itu, maka tidak dapat dihindari lagi pasti akan banyak terjadi gangguan keamanan dalam proses belajar mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani yang akhirnya mengancam keselamatan dan menimbulkan rudapaksa dalam proses belajar mengajar tersebut. Dalam hal ini guru terutama dalam pendidikan jasmani kesehatan harus mampu dan terampil mengatasi gangguan tersebut.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru Penjas yang tentunya perlu mempunyai kiat masing-masing. Apabila sekolah itu berada di lingkungan atau dekat dengan jalan yang cukup ramai, maka harus dijaga agar para siswa jangan sering keluar ke jalan. Harus diusahakan agar alat-alat yang digunakan untuk proses belajar mengajar itu tidak sering ke luar halaman sekolah. Pada pelajaran permainan bola voli, atau permainan bola bakar, atau kasti; usahakan arah bola yang dipukul atau di lempar tidak mengarah ke jalan.
Dengan demikian maka tidak akan sering bola itu ke luar jalan, yang harus segera diambil oleh siswa. Hal ini akan sangat membahayakan bagi keselamatan siswa, karena biasanya siswa akan takut kalau-kalau bolanya tergilas mobil, tetapi tidak mengingat keselamatan diri sendiri. Dalam pelajaran atletik sering dilaksanakan lari keliling karena guru ingin agar lari keliling itu cukup jauh, maka para siswa harus mengelilingi, tidak hanya gedung sekolah, tetapi mengelilingi lingkungan sekolah yanmg tentu menggunakan jalan umum. Keselamatan siswa lebih terancam lagi karena pada waktu para siswa berlari, pada umumnya guru tidak menyertai atau mengatur dan menjaga keselamatan para siswa.
Apabila memang harus lari melalui jalan yang ramai, para guru Penjas seharusnya mengawasi, mengatur, dan lebih baik turut serta berlari. Guru seharusnya sesekali berlari ke depan dan ke belakang barisan atau menyatu dalam kelompok para siswa yang berlari itu, tidak hanya menunggu kedatangan para siswanya. Selain untuk mengatur dan atau menjaga keselamatan para siswa di jalan, guru pun mendapat keuntungan dalam pemeliharaan kebugaran jasmani diri sendiri. Keuntungan pemeliharaan kebugaran jasmani ini dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani para guru Penjas di SLTP di Bandung dan sekitarnya pada umumnya tergolong rendah.

K. SIMPULAN
Pendidikan keselamatan di sekolah dasar merupakan upaya pendidikan untuk menanggulangi, mencegah, dan menghindari terjadinya kecelakaan yang ditujukan untuk keselamatan jiwa dan harta benda. Dalam penyampaian kepada siswa didesain sedemikian rupa sehingga siswa mengerti dan memahami tentang keselamatan pribadi, pencegahan terhadap kecelakaan (karena aktivitas sehari-hari, olahraga, rekreasi, penggunaan peralatan, di jalan raya ataupun aktivitas di rumah). Cara penyampaian ke siswa didesain sama dengan kenyataan di lapangan, dengan tetap menjaga keamanan dan keselamatan, guru berfungsi sebagai pengontrol dan pengarah.
Pendidikan keselamatn lebih menekankan pada pencegahan kecelakaan. Berbeda dengan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), sehingga pada pendidikan keselamatan lebih dititikberatkan pada pemahaman yang mendalam perihal semua peraturan di setiap tempat aktivitas dan beraktivitas dengan aman. Sedangkan P3K merupakan tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan dan mencegah terjadi kerusakan yang lebih akut sebagai efek dari kecelakaan. P3K mempelajari bagaimana mengatasi efek kecelakaan yang telah tejadi, sedangkan pendidikan keselamatan menekankan pada mencegah terjadinya kecelakaan selama beraktivitas.






sumber dari:


Aip Syarifudin, & Muhadi, (1993), Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakart Ditjen Dikti, Depdikbud.

Agus Mahendra, M.A. ( 2007 ), Hakikat Pendidikan Jasmani, PJKR-Unnes.Com

Depkes RI., (1992), Undang-undang Kesehatan, Jakarta: Depkes RI

Pusekjas, (1995), Memelihara Kesehatan dan Kesegaran Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayan.

Rusli Lutan, dkk., (2001), Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di sepanjang Hayat, Jakarta: Ditjen Didasmen Depdiknas.

Simanjuntak, Victor G, dkk. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidiakan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2008.

...teruskan membaca...

Jadwal Juli - Desember 2009


JADWAL TUTORIAL ON-LINE DAN TUTOR KUNJUNG PERIODE JULI - DESEMBER 2009
PJJ PGSD FKIP UNS


TUTORIAL RESIDENSIAL : 22 JUNI s/d 14JULI 2009
TO 1 : 31 Juli - 1 Agustus 2009
TO 2 : 21 - 22 Agustus 2009
TK I : 1 - 5 September 2009
TO 3 : 18 - 19 September 2009
TO 4 : 9 - 10 Oktober 2009
TK II : 20 - 24 Oktober 2009
TO 5 : 6 - 7 November 2009

sumber dari : http://pjj.fkip.uns.ac.id





...teruskan membaca...

Jawaban TO 5 Statistika

Jawaban INISIASI 5 PJJ PGSD UNS
MATA KULIAH : STATISTIKA PEMBELAJARAN

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji t ?

Teknik statistik uji beda adalah teknik statistik yang bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara keadaan atau sesuatu yang terdapat pada kelompok–kelompok. Uji-t (t-test) merupakan statistik uji yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji-t digunakan ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui.
Uji-t dapat dibagi menjadi 2, yaitu
a. uji-t yang digunakan untuk pengujian hipotesis 1-sampel dan
b. uji-t yang digunakan untuk pengujian hipotesis 2-sampel.
Bila dihubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang



digunakan, pada uji-t dengan 2-sampel, maka uji-t dibagi lagi menjadi 2,
1) yaitu uji-t untuk sampel bebas (independent) dan
2) uji-t untuk sampel berpasangan (paired).
Hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu apakah ragam populasi (bukan ragam sampel) diasumsikan homogen (sama) atau tidak. Bila ragam populasi diasumsikan sama, maka uji-t yang digunakan adalah uji-t dengan asumsi ragam homogen. Sedangkan bila ragam populasi dari 2-sampel tersebut tidak diasumsikan homogen, maka yang lebih tepat adalah menggunakan uji-t dengan asumsi ragam tidak homogen. Apabila uji-t hendak digunakan untuk melakukan pengujian hipotesis terhadap 2-sampel, maka harus dilakukan pengujian mengenai asumsi kehomogenan ragam populasi terlebih dahulu dengan menggunakan uji-F.


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji t independen, dan berikanlah contoh 1 kasus yang diujikan dengan menggunakan teknik uji t independen!

Uji-t sampel independen (bebas) adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata-rata dari 2 populasi yang bersifat independen, dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam populasi. Independen maksudnya adalah bahwa populasi yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan populasi yang lain.


3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan uji t dependen, dan berikanlah contoh 1kasus yang diujikan dengan t dependen !

Pada uji t sampel dependen, sampling diambil secara random ( acak ) dan sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Hasil penelitian dikatakan signifikan bila t hitung > t tabel. maka, hipotesis alternatif diterima, dan hipotesis nol ditolak.
Hasil perhitungan dikatakan non signifikan bila t hitung < t tabel, maka hipotesis alternatif ditolak, dan hipotesis nol ditolak.
4. Suatu penelitian dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan prestasi belajar Matematika siswa yang diberikan pembelajaran dengan metode Ceramah dan metode Diskusi. Untuk kepentingan tersebut diambil sampel random sebanyak 16 siswa untuk diberikan perlakuan dalam pembelajaran matematika dengan metode Ceramah dan 14 siswa diberikan metode Diskusi .
1) Hipotesis :
H0 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar Matematika siswa yang diberikan pembelajaran dengan metode Ceramah dan metode Diskusi.
Ha : Ada perbedaan prestasi belajar Matematika siswa yang diberikan pembelajaran dengan metode Ceramah dan metode Diskusi.

2) Hipotesis statistik
H0 : M 1 = M 2
Ha : M 1 ≠ M 2
3) Uji t ind= 2,865
tingkat kesalahan ( alpha ) = 5 %
( one tail, 28, 5 % ) t tabel = 1,701
Simpulan
Terdapat perbedaan prestasi belajar Matematika antara siswa yang diberikan pembelajaran dengan metode Ceramah dan metode Diskusi


...teruskan membaca...

silahkan tulis saran, komentar, chat, ngobrol, diskusi di ruang ini..


ShoutMix chat widget

santai sejenak, hilangkan penat sambil beri makan ikan-ikan kita.....